Waspada Penyakit Japanese Enchepalitis
Virus Japanese Encephalitis (JE) merupakan penyebab ensefalitis virus paling banyak di Asia. Virus JE merupakan virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, babi dan hewan besar lainnya serta burung yang hidup di rawa- rawa sebaagai host (reservoir) serta manusia merupakan host terakhir infeksi virus ini. Meskipun hasil penelitian di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa penularan lebih banyak disebabkan oleh kelelawar.
Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO), Japanese Enchepalitis dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Penularan Japanese Enchepalitis meningkat selama musim hujan, dimana populasi vektor meningkat serta penyebaran JE dikorelasikan dengan perkembangan pertanian dengan sistem irigasi. Peredaran virus JE di Indonesia pertama kali ditemukan di Lombok pada tahun 1960. Dan sejak saat itu Indonesia diakui sebagao negara endemic penularan JE.
faktor utama yang mempengaruhi penyebaran Japanese Enchepalitis yaitu:
- Faktor manusia, (demografi, mobilitas penduduk dan lain sebagainya)
- Faktor lingkungan dan perubahan iklim;
- Faktor sistem pelayanan kesehatan; dan
- Faktor kesehatan hewan
Untuk mencegah terjadinya KLB Japanese Enchepalitis, WHO merekomendasikan beberapa strategi dalam pencegahan dan pengendalian JE yaitu :
- imunisasi di seluruh daerah endemis,
- penguatan sistem surveilans dan pelaporan kasus,
- evaluasi efektivitas vaksin Japanese Enchepalitis dan
- pengendalian vektor.
Pada tingkat nasional, surveilans Japanese Enchepalitis mulai dilaksanakan sejak tahun 2014. Sistem surveilans JE di D.I. Yogyakarta telah dilaksanakan di seluruh kabupatan/ kota, Kampanye dan introduksi imunisasi Japanese Enchepalitis mulai dilaksanakan di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 01.07/Menkes/117/2017. Pada Maret tahun 2018, Kampanye imunisasi JE mulai dilakukan di provinsi Bali dengan sasaran anak berusia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun sebanyak 1 kali. Untuk wilayah DIY sendiri direncanakan introduksi imunisasi Japanese Enchepalitis akan mulai dilakukan pada tahun 2024 mendatang.
Imunisasi Japanese Enchepalitis merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit JE, tetapi upaya pelayanan kesehatan promotif dan preventif di Puskesmas merupakan hal yang paling penting dalam upaya pengendalian penyakit JE. Upaya-upaya ini biasanya berupa penyuluhan kesehatan masyarakat termasuk pemberdayaan masyarakat terhadap prinsip pola hidup bersih dan sehat, kesehatan lingkungan, surveilans penyakit, imunisasi, pengobatan dan sebagainya.
Selain Kesehatan manusia, kesehatan hewan juga memegang peranan besar dalam penyebaran penyakit JE. Pedoman tataletak peternakan dan upaya pencegahan zoonosis harus tersosialisasikan dengan baik dan dilakukan pengawasan ketat dalam pelaksanaannya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama lintas program maupun lintas sector. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah adanya penularan antara hewan dan manusia.