Detail Artikel


  • 26 Februari 2021
  • 11.899
  • Artikel

Waspada Demam Berdarah

Musim hujan atau peralihan musim seperti sekarang ini sangatlah rentan dengan kejadian penyakit demam berdarah. Demam berdarah dengue (DBD) atau biasa juga dikenal sebagai dengue hemoragic fever (DHF) disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang di daerah tropis dan subtropics. Infeksi virus dengue  ringan dapat  menyebabkan demam tinggi, ruam merah pada kulit dan nyeri pada otot. Spektrum penyakit  dapat menyebabkan pendarahan yang parah, tekanan darah menurun drastis, dan kematian.

Demam berdarah dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingkat terjangkitnya penyakit ini merata diseluruh Indonesia. Sepanjang tahun 2020, Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 103.781 penderita dengan angka kematian mencapai 727 orang. Angka IR 38,25/100 ribu penduduk sedangkan CFR 0,70 %.

Pada tahun 2020 jumlah kasus DIY sebanyak 3.618 (peringkat 9 Nasional) dengan IR 94,15 per 100 robu penduduk dan terdapat 13 kematian akibat DBD dengan angka CFR 0,36 %. Kasus terbanyak ditemukan di Bantul dengan 1.222 kasus . Kasus terendah di kota dengan 296 kasus. Capaian IR terendah adalah Sleman dengan 66,41 per 100.000 penduduk, sedangkan IR tertinggi di Gunungkidul dengan 131,27/100.000 penduduk. CFR terendah dicapai kota dengan 0%. CFR tertinggi di Kulon Progo dengan 0,95%. Target IR , 49/100.000 penduduk. Sedangkan target CFR kurang dari 1%. Kejadian kasus DBD di DIY tahun 2020, sebagian besar terjadi disemester I (Januari-Juni) sebanyak 3.027 kasus (83,67 %) dengan IR sebesar 78,77 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,33 % sedangkan di Semester 2 terjadi kasus sebesar 591 (16,33 %) degan IR sebesar 15,38 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,51 %.

Dari data tersebut di atas nampak bahwa musim penghujan masih menjadi pengaruh yang besar terhadap terjadinya kasus DBD, hal ini dikarenakan selama musim hujan  tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aygepti semakin banyak terutama area perindukan di area luar rumah.

Saat ini pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan menghancurkan tempat berkembang biak nyamuk dengan cara yaitu :

  1. Menguras : Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air, penampung air lemari es dan lain-lain.
  2. Menutup : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
  3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang yang dapat memicu tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
  4. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
  5. Menggunakan kelambu saat tidur.
  6. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
  7. Menggunakan obat anti nyamuk oles ketika tidur dan beraktifitas sehari-hari.

Advokasi dan sosialisasi pada lintas sektor  sangat dibutuhkan dalam pencegahan dan pengendalian DBD. Hal ini disebabkan Gerakan 1 Rumah 1 Juru Pemantau Jentik ( Jumantik), sebagai program andalan dalam pengendalian DBD seyogyanya tidak hanya dilaksanakan di tataran rumah tangga. Tetapi juga di setiap bangunan seperti kantor, tempat perbelanjaan, tempat ibadah, tempat pendidikan, terminal, pelabuhan, dan fasilitas umum lainnya.

                                                     

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 5.191
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 20.055.417