Detail Artikel


  • 11 Juni 2023
  • 589
  • Artikel

Pendekatan Baru Dukung ODHA dan Kelompok Rentan Puskesmas Banguntapan 1

 

HIV saat ini masih merupakan penyakit yang menjadi tantangan global. Meski demikian ditemukannya terapi HIV yang efektif di tahun 1996 mampu memberikan harapan dunia untuk mengakhiri endemi HIV (1). Temuan dini dan terapi dini (test and treat) bagi ODHA mampu memperbaiki kualitas hidup ODHA dan mengurangi tingkat penularan sehingga endemi HIV dapat dihentikan (2).

Kementerian Kesehatan RI telah berkomitmen untuk mengakhiri endemi HIV pada tahun 2030. Sebagai bentuk dari komitmen tersebut, Kemenkes telah mengembangkan strategi jalur cepat dengan target 95% ODHIV diketahui status HIV-nya, 95% ODHIV diobati dan 95% ODHIV diobati mengalami supresi virus serta Three Zero (Zero infeksi baru, Zero kematian AIDS, Zero diskriminasi) di tahun 2030.  Target Indonesia ini perlu diperjuangkan oleh berbagai pihak (2). Karena saat ini menurut laporan tahun 2018 – 2022, di Indonesia ODHA yang mengetahui statusnya baru mencapai 75%, 41% ODHA diobati dan hanya 16% yang tersupresi virusnya (3).

Puskesmas Banguntapan 1 Kabupaten Bantul merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjalankan layanan kesehatan primer. Sumber daya kesehatan di Puskesmas Banguntapan I cukup memadai dan telah memiliki Spesialis Dokter Keluarga Layanan Primer. Meski demikian hasil evaluasi tahun 2021 kunjungan populasi berisiko HIV untuk melakukan tes VCT (Voluntary Consultation Test) di Puskesmas Banguntapan 1 hanya 30 orang dari 470 orang target kabupaten. Dan tidak ada satupun ODHA yang dikelola di Puskesmas Banguntapan 1. Sehingga tidak ada data ODHA mendapat ARV, kepatuhan minum obat, maupun angka viral load nya di Puskemas Banguntapan 1.

Stigma masyarakat yang masih berkembang di wilayah ini berperan mempengaruhi minat melakukan tes dari populasi berisiko dan masih menjadi tantangan. Stigma tersebut telah mendorong keengganan populasi risiko untuk mengakses layanan. Keengganan populasi risiko maupun ODHA juga dipengaruhi oleh tidak bertemunya harapan dari klien terhadap pelayanan. Kepuasan pengguna layanan akan sangat berpengaruh terhadap keberlanjutannya dalam pengobatan. Kunjungan klien populasi beresiko yang dikoordinasikan oleh Yayasan Vesta Indonesia tidak terlalu tinggi karena kurang puasnya Yayasan dengan kualitas layanan VCT di Puskesmas Banguntapan 1. Beberapa ODHA mengeluhkan kurangnya privasi dan kecekatan tenaga kesehatan di Puskesmas Banguntapan I saat melakukan konsultasi serta kurang lengkapnya layanan yang tersedia untuk ODHA di Puskesmas Banguntapan 1.

Kepuasan pelayanan menjadi domain dari kualitas pelayanan yang dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas, pemenuhan harapan kelengkapan layanan dan sikap perilaku petugas yang bersifat individual. Pendekatan perubahan layanan bagi ODHA di Puskesmas Banguntapan I oleh karenanya perlu untuk ditransformasikan ke pendekatan yang lebih bersifat individual. Pendekatan ini tidak hanya menekankan kepada aspek ketersediaan tetapi juga kepada kebutuhan non fisik seperti interaksi, komunikasi, dan informasi sesuai karakteristik klien.

Hal ini selanjutnya telah menarik perhatian penulis untuk memunculkan gagasan dengan mimpi yang menjadi angan adalah menciptakan layanan yang mengedepankan pendekatan individual terhadap ODHA yang komprehensif, cepat, tidak rumit, dan manusiawi (4) serta tidak terputus (kontinyu) serta kondisi sosial dan masyarakat yang bebas stigma terhadap ODHA (5; 6).

Berdasarkan pendalaman oleh penulis tersebut, maka selanjutnya penulis telah mengembangkan konsep perubahan yang ditujukan untuk (1) Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan bagi ODHA; (2) Meningkatkan kualitas layanan pemeriksaan kesehatan untuk ODHA; (3) Meningkatkan pengetahuan populasi beresiko HIV tentang HIV; (4) Meningkatkan kemudahan akses populasi beresiko HIV untuk melakukan tes HIV; (5) Meningkatan pengetahuan dan perubahan sikap masyarakat terhadap HIV dan ODHA. Kelompok rentan yang dimaksud meliputi populasi kunci yaitu pekerja seks, pengguna Napza suntik, waria dan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL); serta populasi rentan yaitu kelompok masyarakat yang kondisi fisik dan jiwa, perilaku dan/atau lingkungannya beresiko tertular dan menularkan HIV dan IMS (7).

Gagasan ini selaras dengan gagasan yang dimunculkan dalam kebijakan kementerian kesehatan yaitu Transformasi Sistem Kesehatan. Gagasan dalam transformasi sistem kesehatan khususnya pilar pertama adalah untuk dapat menemukan sedini mungkin potensi masalah kesehatan dan selanjutnya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat. Gagasan penulis akan memberikan dampak peningkatan kesediaan menjalani tes khususnya kelompok rentan dan selanjutnya memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap dengan mempertahankan upaya agar tidak terjadi putus pemantauan dan pengobatan.

 

Oleh : Adolfina Vitria Nilasari

(Dokter Keluarga Layanan Primer Puskesmas Banguntapan 1)

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1. UNSAID. HIV Prevention 2020 Road Map. Geneva, Switzerland : Available from: unaids.org, 2016.

2. Eisinger, R W, Dieffenbach, C W and Fauci, A S. HIV Viral Load and Transmissibility of HIV Infection: Undetectable Equals Untransmittable. JAMA. 2019, Vols. 321(5):451–452.

3. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. . Cegah HIV-AIDS, Kemenkes Perluas Akses Pencegahan Pada Perempuan, Anak dan Remaja. . www.kemkes.go.id. 2022, Vols. Dipublikasikan Pada : Selasa, 29 November 2022, Diakses pada 18 Februari 2023.

4. Febriani, D. Pengalaman ODHA Dalam Mengakses Terapi ARV (Studi Kualitativ). Berita Kedokteran Masyarakat. 2019, Vol. 35, 4, pp. 13-15.

5. Singh, N, et al. Determinants of compliance with antiretroviral therapy in patients with human immunodeficiency virus: Prospective assessment with implications for enhancing compliance. AIDS Care. 1996, Vols. 8:3, 261-270.

6. Smith, R, Rossetto, K and Peterson, B L. A meta-analysis of disclosure of one's HIV-positive status, stigma and social support. AIDS care. 2008, Vol. 20, 10, pp. 1266-1275,.

7. Permenkes. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA. Jakarta : Ditjen P2M dan PL Republik Indonesia, 2003.

 

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 21.733
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.276.592