Detail Artikel


  • 12 Juni 2023
  • 1.186
  • Artikel

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Menjamin Keberlangsungan Pengobatan ODHIV yang Komprehensif dan Terintegrasi di Puskesmas Mlati 2

Berdasarkan data SIHA KEMENKES tahun 2022 diperkirakan terdapat 543,100 orang hidup dengan HIV dengan 393.538 Orang Dengan HIV (ODHIV) hidup, dan 160.249 ODHIV yang sedang mendapatkan pengobatan ARV.  Kementerian Kesehatan RI telah berkomitmen untuk mengakhiri endemi HIV pada tahun 2030. Sebagai bentuk dari komitmen tersebut, Kemenkes telah mengembangkan strategi upaya penanggulangan HIV-AIDS jalur cepat dengan target 95% ODHIV diketahui status HIV-nya, 95% ODHIV diobati dan 95% ODHIV diobati mengalami supresi virus serta Three Zero (Zero infeksi baru, Zero kematian AIDS, Zero diskriminasi) di tahun 2030. Namun demikian hasil evaluasi menunjukkan pencapaian masih belum optimal dimana pada tahun 2022 baru 79% ODHIV diketahui status HIV-nya, 41 % ODHIV diobati dan 16% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus. Data Dinas Kesehatan memperlihatkan, kasus HIV di DIY tahun 2021 mencapai 5.765 dengan 1.869 ODHA. Kabupaten Sleman menempati urutan kedua tertinggi. Sementara Puskesmas Mlati II menyumbang sebanyak 87 pasien HIV.

Puskesmas Mlati II sebagai tempat dimana penulis bekerja, telah menginisiasi pelayanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV sejak tahun 2020 dan telah membentuk tim PDP terdiri dari dokter, perawat, analis laboratorium, psikolog konselor, dan penulis sebagai tenaga teknis kefarmasian. Dalam perkembanganya, jumlah pasien yang mengakses layanan pengobatan HIV terus meningkat dari semula 4 pasien di tahun 2020 menjadi 87 orang di tahun 2022. Jumlah pasien muda terlihat mengalami peningkatan siginifikan. Hasil evaluasi tahun 2020 memperlihatkan kepatuhan kontrol pasien HIV di Puskesmas Mlati II masih rendah (80%) dengan satu pasien putus pengobatan. Hasil evaluasi menemukan bahwa jumlah pasien tersupresi virusnya masih dibawah target (80%) dan cakupan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pasien HIV baru mencapai 33%.

Sebagaimana tergambar dari hasil kajian penulis terhadap pasien yang tidak hadir 50% menyatakan malu untuk hadir di puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa stigma di masyarakat masih ada. Literasi masyarakat oleh karenanya menjadi poin penting. Sementara pertambahan kasus di kelompok muda menjadikan permasalahan penanganan yang sulit mengingat mobilitas tinggi dari kelompok ini. Faktor lain yang juga berperan adalah pelayanan yang masih berpusat di lokasi Puskesmas dengan jam kerja terbatas serta belum adanya sistem reminding. Situasi ini menimbulkan risiko benturan waktu, kelupaan, dan kendala transportasi  dari pasien untuk dapat hadir.  Ketidakpatuhan juga cukup banyak akibat berpindah tempat atau tugas luar kota. Belum tersedia solusi kekhususan pelayanan untuk permasalahan tersebut menyebabkan pasien tidak dapat terjangkau oleh obat dan medis yang seharusnya diperolehnya. Kondisi ini diawali oleh penggunaan ikhtisar pengobatan individual pasien berbentuk kartu dan ditulis secara manual  yang memiliki banyak kekurangan.

Berbagai kajian tersebut telah memunculkan gagasan penulis untuk membuat perubahan. Perhatian pertama adalah belum tertatanya Ikhtisar pengobatan pasien serta belum terintegrasi tatakelola ikhtisar dalam setiap unit. Hal kedua adalah masalah literasi masyarakat dan kelompok rentan yang cukup besar dan luas sehingga membutuhkan dukungan sumber daya yang kuat. Permasalahan stigma yang menjadi target inovasi menghadapi tantangan atas besar dan luasnya sasaran, sehingga akan membutuhkan sumber daya besar. Dibutuhkan jejaring agar dapat dilakukan sharing sumber daya dengan mitra. Beberapa potensi yang muncul adalah kerja sama Lintas Program di Puskesmas Mlati II, Kalurahan, Komunitas Pemerhati HIV, klinik / Dokter Praktik Mandiri, Karang Taruna / Remaja, dan Lapas Kelas IIB. Pelayanan yang mampu menjangkau kelompok klien yang mengalami permasalahan waktu dan stigma menjadi poin penting sehingga digitalisasi menjadi bagian yang potensial untuk membantu dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan hal tersebut selanjutnya penulis telah mengajukan gagasan dengan tujuan untuk (1) Meningkatkan kepatuhan kontrol pasien, (2) Meningkatkan supresi viral load, (3) meningkatkan cakupan SPM pelayanan orang dengan resiko terinfeksi HIV, (4) Meningkatkan cakupan pemberian TPT pasien HIV, (5) Memudahkan pasien dalam mengakses resume pengobatan dimanapun dan kapanpun. Gagasan ini sangat selaras dengan kebijakan Transformasi Sistem Kesehatan khususnya pada pilar pertama yang dominan didedikasikan dalam rangka pencegahan melalui skrining dan pengobatan yag komprehensif.

Penulis : Mita Yeyen Antarmi,A.Md.Farm. (Puskesmas Mlati II)

Daftar Pustaka :

  1. https://www.who.int/health-topics/hiv- aids#tab=tab_1
  2. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/08/kasus-hiv-indonesia-turun- namun-aids-meningkat
  3. Kemenkes, 2022, Estimasi dan Proyeksi HIV AIDS di Indonesia 2011-2022
  4. Dinkes Prop DIY, 2022, Profil kesehatan DI Yogyakarta tahun 2022
  5. Dinkes Kab Sleman, 2022, Profil kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2022

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 22.788
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.277.647