Detail Artikel


  • 12 Juni 2023
  • 762
  • Artikel

Optimalisasi Rujukan Pemeriksaan Program UKGS

 

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting menentukan status kesehatan anak. Anak sangat rentan mengalami masalah gigi dan mulut. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6%, dengan prevalensi karies gigi anak 5-9 tahun sebesar 54%.(1)  Karies gigi pada anak dapat mengakibatkan anak mengalami kehilangan daya kunyah dan terganggunya pencernaan sehingga asupan makan kurang, nutrisi tidak terpenuhi, mudah sakit, kurang konsetrasi.(3) Arah kebijakan Transformasi Kesehatan mengamanahkan 6 pilar salah satu diantaranya pelayanan kesehatan primer. Penguatan pelayanan kesehatan primer adalah peningkatan upaya deteksi dini dan promosi sebagai menjadi kunci mengurangi risiko beban kesehatan di masa selanjutnya. 

Hasil evaluasi di Puskesmas Girimulyo II tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi anak dari hasil evaluasi progam UKGS masih cukup tinggi yaitu mencapai 54,09%. Angka tersebut menyamai angka nasional di tahun 2018. Tenaga kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Girimulyo II sangat terbatas terdiri dari 1 dokter gigi dan 1 perawat gigi yang menjadi hambatan dalam memaksimalkan upaya. 

Upaya kesehatan Gigi dan Mulut telah dilaksanakan sebelum tahun 2019 di Puskesmas Girimulyo II. Pelaksanaan UKGS masih sangat terbatas yaitu hanya dilakukan di 2 sekolah dalam setiap tahunnya. Pendekatan yang dilakukan menjadi tantangan karena menempatkan UKGS dalam paradigma program bukan sebagai paradigma pelayanan. Dalam pelaksanaan UKGS sebelum tahun 2019, pemeriksaan dilaksanakan bersama dengan pemeriksaan umum dalam prorgam UKS. Kepada siswa yang mengalami kesehatan gigi diberikan rujukan menggunakan standar rujukan konvensional. Surat rujukan manual tersebut terbuat dari secarik kertas HVS dan tidak memiliki informasi yang berisi pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. Hal ini memberikan dampak rasa takut siswa.

Hal ini memunculkan gagasan penulis untuk mengubah dari surat rujukan biasa menjadi rujukan yang dikombinasikan dengan informasi dan disain yang menarik perhatian. Gagasan tersebut selanjutnya penulis wujudkan dalam tematik dengan judul “KGSSC” yang merupakan akronim dari Kartu Gigiku Sehat Senyum Cemerlang diiimplementasikan pada Tahun 2019. Perbedaan KGSSC dengan surat rujukan manual adalah KGSSC merupakan kartu dengan disain yang berwarna, bergambar dan memiliki informasi terkait pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.

Kartu yang telah didisian khusus diharapkan akan mengubah persepsi atas surat rujukan sekaligus memberikan berbagai informasi sederhana yang disusun lebih menarik. Program inovasi tersebut tidak semata tentang kartu namun juga terkait perubahan sistem dimana anak dengan gigi bermasalah yang ditemukan dipastikan untuk dapat hadir dengan melalui kerjasama yang dibentuk antara sekolah, orangtua / wali dan puskesmas. Kerjasama tersebut berkaitan dengan edukasi, penyampaian informasi rujukan, dorongan untuk melaksanakan pemeriksaan lanjut ke puskesmas.

Penerapan ide gagasan penulis selanjutnya telah diuji cobakan untuk 2 sekolah di wilayah kerja. Sebagai hasilnya, kegiatan tersebut telah mampu meningkatkan rujukan kasus kesehatan gigi anak sekolah di kedua sekolah. Keterlibatan guru juga berjalan baik karena mampu berperan dalam mengantar atau mendorong orangtua untuk mengantar anaknya ke puskesmas.

Namun memasuki masa pandemi 2020-2021, pelaksanaan inovasi mengalami kendala seiring pembatasan aktifitas sosial dan pembatasan layanan. Pelayanan kesehatan gigi termasuk yang terdampak dengan pembatasan. Kunjungan gigi mengalami penurunan tajam demikian pula prorgam inovasi yang digagas penulis terpaksa dihentikan. Memasuki tahun 2022, seiring dengan masa transisi pandemi Covid-19, program inovasi dicoba kembali dihidupkan oleh penulis bersama tim. Hasil pelaksanaan KGSSC di sekolah pada tahun 2022 memperlihatkan hasil berupa penemuan anak-anak bermasalah kesehatan gigi yang cukup tinggi. Namun demikian tindaklanjut atas penemuan siswa bermasalah kesehatan gigi tersebut ternyata tidak berjalan sesuai harapan. Tingkat kepatuhan untuk memenuhi rujukan ke puskesmas justru menurun signifikan.

Kekurangan dari KGSSC adalah ukuran kartu yang besar sehingga sulit disimpan dan dibawa oleh siswa, bagi petugas membutuhkan waktu yang lama saat pengisian karena ada 3 bagian yang harus diisi. Berdasarkan kajian lanjut penulis menemukan KGSSC yang dibawa anak tidak sampai ke orang tua karena sebab anak tidak menyampaikan karena terlupa, hilang atau takut serta orangtua tidak memeriksa teliti KGSSC dan mengira sebagai lembar tugas sekolah biasa. Di sisi lain peran guru untuk mengingatkan atau mengantar juga menurun. Hal ini disebabkan oleh kesibukan transisi model pembelajaran Merdeka Belajar yang menyebabkan kegiatan di luar kependidikan berkurang perhatian.

Kondisi luas wilayah dan kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Girimulyo yang berbukit-bukit dan sebagian relatif sulit untuk dijangkau menyulitkan untukmengantarkan langsung ke rumah-rumah tinggal siswa. Sementara tenaga kesehatan gigi di Puskesmas hanya terdiri dari 1 dokter (penulis) dan 1 perawat gigi menyebabkan kegiatan yang Upaya Kesehatan Masyarakat/UKM sulit untuk dapat diwujudkan. Dengan realitas tersebut maka penggunaan cara-cara konvensional akan sangat menyulitkan

Namun demikian terdapat hal positif yang diperoleh yaitu, bahwa inovasi KGSSC telah benar-benar merubah paradigma dimana petugas puskesmas tidak hanya membiarkan atas kasus anak bermasalah kesehatan gigi tidak hadir dalam rujukan. Puskesmas memberikan respon diantaranya telah membahas di tingkat internal, sekolah dan lintas sektoral.

Dengan kunci utama permasalahan adalah informasi kepada orangtua yang tidak tersampaikan penulis selanjutnya telah menggagas perubahan metode untuk agar dapat memberikan bypass informasi, mengembangkan daya dorong untuk merujuk anak bermasalah kesehatan gigi dan memilih metode yang tidak dibatas masalah keterbatasan jangkauan memudahkan dan murah untuk implementasinya. Dengan pemanfaatan teknologi informasi berupa aplikasi Whatsapp, penulis mencoba mengembangkan metode baru sebagai reminder, untuk dapat melakukan memastikan dan memudahkan melakukan penyampaian kepada orangtua. Gagasan ini juga dikembangkan untuk dapat meningkatkan kembali perhatian guru terhadap program inovasi KGSSC.

 

Penulis : Drg. Khakimus Sholikhah Irnawati (Puskesmas Girimulyo II)

 

DAFTAR PUSTAKA

Idaryati, N P, dkk, 2021. Studi Eksplorasi Ketidakhadiran Siswa Rujukan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ke Puskesmas II Denpasar Utara, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 33(3):195-203.

Kemenkes, RI, 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, RI, 2018. Laporan Provinsi DI Yogyakarta Riskesdas 2018, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, RI, 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), Jakarta: ISBN

Permenkes RI, Nomor 89 Tahun 2015. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Sumanti, V, dkk, 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Orang Tua Dalam Perawatan kesehatan gigi anak di Puskesmas Tegallalang I, Public Health and Preventive Medicine Archive 1(1)

Wijaya, K.A.K, dkk, 2022. Slr: Peran Guru Pada Kegiatan Ukgs Terhadap Karies Gigi Anak SD, Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi 3(1)

Wiranta, I.N, dkk, 2016, Perbedaan Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut pada Siswa SD dengan Program UKGS Aktif dan Tidak Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Denpasar Utara II tahun 2015, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 3, No 2, Maret 2016, hal 124-136.

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 15.253
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.270.112