MERS CoV, Bahayakah ?
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit sindrom pernafasan yang disebabkan virus korona (MERS CoV) dan menyerang saluran pernafasan dengan beberapa jenis tingkatan yaitu tidak ada gejala, ringan sampai berat. Gejala khas MERS meliputi demam, batuk, nafas pendek dan pada umumnya pneumonia, meskipun tidak selalu ada. Perlu diwaspadai pada pasien dengan gangguan system kekebalan tubuh karena gejala dan tanda tidak jelas.
September 2012, MERS CoV untuk pertama kalinya dilaporkan menginfeksi pada manusia di Arab Saudi . Berdasarkan laporan WHO, sejak September 2012 sampai 21 Juli 2017,telah ditemukan 2040 kasus konfirmasi MERS CoV dengan 710 kematian (CFR 34,8%). Secara keseluruhan, kasus tersebut dilaporkan oleh 27 negara-negara di Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa, Amerika, dan Asia. Hingga saat ini belum ditemukan kasus MERS di Indonesia, tetapi ancaman MERS CoV perlu diwaspadai. Hal ini terutama karena Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah populasi umat muslim terbesar dimana setiap tahunnya banyak menyumbang jamaah haji dan umrah ke Arab Saudi. Selain itu, Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi pun cukup banyak jumlahnya. Ketiga kelompok tersebut (jamaah haji, jamaah umrah, TKI) mempunyai risiko terinfeksi MERS CoV dan dapat menyebarkannya di Indonesia.
Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS CoV) merupakan virus zoonosis yang menular dari hewan ke manusia. MERS CoV utamanya menular ke manusia secara langsung maupun tidak langsung melalui unta yang terinfeksi MERS CoV di negara-negara semenanjung Arab. Penularan antar manusia dimungkinkan terjadi tetapi tidak dengan mudah dan hanya pada lingkungan terbatas jika ada kontak erat dengan penderita. Sebagian besar penularan manusia ke manusia terjadi di layanan kesehatan sementara di masyarakat penularannya masih terbatas.
Referensi : www.who.int , Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi MERS CoV di Indonesia