Media Promosi Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas
Program-program kesehatan, perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarenakan perubahan tingkah laku seringkali dapat terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama.
Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama adalah tentang media atau alat peraga yang digunakan dalam promosi kesehatan. Dengan media atau alat peraga yang benar dan tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan meningkatkan derajat kesehatan lebih mudah terwujud.
A. Difabel
Difabel adalah istilah yang lebih halus untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Difabel mengacu pada keterbatasan peran penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari karena ketidakmampuan yang mereka miliki.
B. Media
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Secara umum langkah-langkah dalam merencanakan pembuatan media untuk individu berkebutuhan khusus yaitu :
- Identifikasi karakteristik dan kebutuhan
- Perumusan tujuan edukasi
- Perumusan butir-butir materi yang terperinci
- Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
- Menuliskan media
- Merumuskan instrumen dan tes serta revisi
Media yang cocok untuk difabel:
1. Tunanetra
Adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Pendidikan bagi tunanetra harus mengacu pada:
- Pemberian pengalaman yang bersifat konkret.
- Pemberian pengalaman yang bersifat mendeskripsikan konsep visual.
- Pemberian pembelajaran terpadu antara teori dengan praktik sehingga memiliki konsep yang utuh.
- Pengalihan fungsi indera dari indera penglihatan menjadi indera peraba (taktual).
Jadi media yang cocok untuk tunanetra yaitu berupa lagu/jingle, radio, podcast, video yang memiliki penjelasan voice over jelas, media dengan huruf braile, dan alat peraga.
2. Tunarungu
Secara fisik, tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya. Dengan demikian, pendidikan bagi tunarungu harus mengacu pada
- Pemberian pembelajaran yang bersifat konkret.
- Penyampaian materi pembelajaran disampaikan dengan bahasa yang sederhana, lugas dan menggunakan kalimat yang tidak terlalu panjang.
- Pengenalan kosakata baru yang relevan dengan materi pembelajaran untuk menambah kosakata anak tunarungu.
- Pembelajaran dilakukan dengan praktik untuk membantu pemahaman konsep pembelajaran. Pembelajaran disajikan dengan lebih mengoptimalkan penggunaan media visual (gambar atau video) untuk membantu memahami pemahaman yang bersifat verbal.
Jadi media yang cocok untuk tunanetra yaitu berupa alat peraga, media cetak, lukisan/gambar, video dengan juru bahasa isyarat.
3. Tunagrahita
American Asociation on Mental Deficiency (AAMD) dalam B3PTKSM mendefinisikan tunagrahita sebagai kelainan fungsi intelektual umum dibawah rata-rata. Untuk itu, pendidikan bagi tunanetra harus mengacu pada:
- Pemberian edukasi yang bersifat konkrit dan realistik (langsung diperlihatkan pada situasi dan kondisi sesungguhnya).
- Pemberian edukasi dilakukan dengan banyak melakukan praktik menggunakan alat peraga sesugguhnya.
- Edukasi dan setting kelas dikondisikan sedimikian rupa sehingga tercipta suasana bermain sambil belajar.
- Edukasi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan berbagai macam pendekatan dan strategi edukasi.
- Edukasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek psikologis dalam hal menyikapi usia kronologis dan aspek kognitif dalam menyikapi hal usia mental.
- Edukasi tidak menitikberatkan pada aspek akademis melainkan pada kemampuan kemandirian dalam mengurus dan merawat diri, berinteraksi dengan lingkunga dan keterampilan sebagai modal untuk mencari penghidupannya kelak.
Alat atau media yang dubutuhkan oleh anak tunagrahita yaitu media audio dan benda tiruan contohnya lagu/jingle, alat peraga, permainan.
4. Tunadaksa
Tunadaksa berasal dari kata “tuna” yaitu kurang dan “daksa” yaitu tumbuh. Dalam banyak litratur, cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan.
Optimalisasi edukasi bagi tunadaksa harus mengacu pada:
- Rehabilitasi medis (terapis) yang bersifat promotif, preventifdan kuratif.
- Rehabilitasi sosial yang berorientasi pada pembangunan mental dan pemberian motivasi untuk menyikapi kondisi yang dihadapidan implikasinya dalam kehidupan.
- Melakukan bimbingan dan konseling terhadap bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki anak tunadaksa.
- Media yang efektif untuk tunadaksa yaitu manusia seperti guru dan pakar atau ahli di bidang tertentu.
Media yang efektif untuk tunadaksa yaitu manusia seperti guru dan pakar atau ahli dibidang tertentu.
Sumber : Mais Asroul. 2016. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jember. CV Pustaka Abadi.