Hamil saat Usia Remaja? Kenali Risikonya
Lahirnya seorang anak dalam kehidupan pernikahan
merupakan salah satu berkah yang ditunggu-tunggu. Anak, selain sebagai penerus keturunan, juga
merupakan anugerah, amanah, dan sumber kebahagiaan dalam keluarga.
Namun yang terjadi di masyarakat, seringkali
kehamilan terjadi pada saat seorang perempuan masih berusia remaja. Sebagian
disebabkam karena Kehamilan yang Tidak Dikehendaki (KTD) ataupun sebagian yang
lain merupakan kehamilan yang dikehendaki, karena pilihan untuk menikah muda.
Sumber dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010 menunjukkan bahwa
angka perkawinan usia dini di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sebesar 46,7%
pada usia 15-19 tahun, dan sebesar 5% pada usia 10-14 tahun. Sedangkan di DIY
Tahun 2016, data dari Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY menunjukkan angka dispensasi
nikah sebanyak 346 kasus, dan data dari Dinas Kesehatan DIY menunjukkan data
jumlah persalinan remaja sebanyak 776
kasus.
Sebenarnya, apa saja risiko yang dihadapi remaja
yang mengalami kehamilan dan persalinan?
1. Kehamilan remaja 4,5 kali lebih besar berpeluang
terjadi kehamilan risiko tinggi.
Perempuan usia remaja, masih
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mentalnya.
Tentunya adanya kehamilan akan memberi beban tersendiri bagi tubuh maupun
psikologisnya.
Remaja yang mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK) dan anemia, juga sangat berpeluang menjadi kehamilan yang
berisiko tinggi.
2. .Risiko
preeklamsia lebih besar 2,5 kali
Kondisi organ reproduksi yang
belum sempurna dan keadaan anemia pada remaja meningkatkan kejadian keracunan
kehamilan pada remaja. Hal ini dapat berisiko menimbulkan kematian.
3. Terjadi
partus macet.
Saat proses persalinan, dapat
berisiko macet atau berhenti. Hal ini karena masalah malposisi janin,
disproporsi kepala panggul, kekuatan his, dll.
4. Disproporsi
kepala panggul (DKP)
Organ reproduksi remaja belum
sempurna, sehingga ukuran panggul juga belum sempurna. Jadi pada saat persalinan,
berisiko tidak seimbang antara besar kepala janin dengan lebar panggul.
5. Malposisi
janin
Malposisi janin adalah letak
janin dalam rahim yang tidak normal, misal melintang, atau posisi kaki di
bawah. Hal ini tentunya menyulitkan proses persalinan.
6. Kontraksi
rahim tidak optimal.
Kekuatan kontraksi rahim
merupakan faktor penting pada proses persalinan. Pada remaja, kontraksi rahim
berisiko blm cukup kuat, sehingga proses persalinan berrmasalah.
7. Kejadian
lahir prematur lebih tinggi
Kondisi organ reproduksi yang
belum sempurna dan diperberat dengan asupan nutrisi yang kurang serta anemia,
meningkatkan risiko kejadian bayi lahir sebelum waktunya, atau lahir prematur.
8. Bayi
lahir dengan berat lahir rendah
9. Meningkatnya risiko bayi lahir premtur tentunya juga
meningkatkan risiko berat bayi lahir yang rendah, atau dikenal dengan istilah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Selain itu, contoh kasus lain adalah, usia
kehamilan yang normal, namun berat bayi rendah karena kurangnya nutrisi dari
ibu.
Demikian, berbagai risiko yang bisa dihadapi remaja yang
mengalami kehamilan dan persalinan.
Dari berbagai sumber (pf26)