GREEN HOSPITAL RSUD WONOSARI
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 7 tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit menyampaikan bahwa untuk mewujudkan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit perlu ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Rumah sakit ramah lingkungan (Green Hospital) adalah model operasional kegiatan rumah sakit berbasis pelayanan dengan mengedepankan kualitas dan keselamatan (quality and safety), efisiensi dan ramah lingkungan yang berkelanjutan, khususnya terkait kontribusi kepada pencegahan perubahan iklim dan pemanasan global.
Rumah sakit perlu ikut bertanggung jawab atas keberlanjutan kualitas lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam. Sumber daya rumah sakit perlu didisain berbasis alam dan lingkungan hidup seperti air bersih, energy, kertas, dan material lainnya yang merupakan kebutuhan harian rumah sakit. Penggunaan sumberdaya tersebut juga perlu dilandasi prinsip eco-efficiency. Sementara produk samping rumah sakit seperti limbah cair, padat, dan gas perlu diolah sehingga targetnya tidak saja untuk memenuhi baku mutu limbah, juga memenuhi kaidah reduce, reuse, recycle dan recovery. (Kemenkes RI, 2018)
Dalam mewujudkan Rumah Sakit Ramah Lingkungan terdapat banyak yang yang dapat dilakukan oleh RS. Kegiatan operasional RS dalam kesehariannya akan memproduksi berbagai produk limbah yang dapat ditatakelolakan, diantaranya adalah penggunaan kantong plastik, kertas tissue dan penggunaan air bersih. Kantong plastik di RS umum digunakan untuk pengemasan limbah medis infeksius, limbah medis non infeksius, linen kotor infeksius, linen kotor non infeksus. Kebutuhan akan plastik di RSUD Wonosari sebagai tempat penulis bekerja, cukup besar. Dalam setiap tahunnya dibutuhkan 286.160 lembar kantong plastik untuk keperluan operasional RSUD Wonosari atau setara dengan 7.301 kg kantong plastin dengan total biaya yang harus dikeluarkan RS mencapai Rp. 347.699.000,-. Penggunaan kantong plastik ini selain membutuhkan biaya yang tinggi juga menimbulkan masalah bagi lingkungan karena plastik membutuhkan waktu lebih dari 100 tahun untuk terurai di dalam tanah.
Penggunaan tissue di RSUD Wonosari diperuntukkan untuk pengeringan tangan setelah cuci tangan. Kebutuhan tissue untuk cuci tangan dalam waktu 12 bulan mencapai Rp. 180.000.000,-. Bahan dasar pembuatan tissue adalah pulp atau bubur kertas yang berasal dari kayu/pohon. Oleh karena itu semakin banyak penggunaan tissue semakin banyak pula pohon yang ditebang. Sementara air yang digunakan untuk proses hemodialysis di RSUD Wonosari berasal dari air baku (Air Sumur) yang diolah dengan menggunakan mesin RO (River Osmosis). Dalam proses pengolahan tersebut 40% air dapat digunakan untuk proses Hemodialisis sedangkan 60% air tidak dapat digunakan untuk HD sehingga terbuang sia-sia jika tidak dimanfaatkan.
Kondisi tersebut memicu gagasan penulis. Gagasan yang penulis tuju adalah untuk dapat mengurangi penggunaan akan kantong plastik, mengurangi penggunaan kertas tissue dan penggunaan air yang lebih efisien dalam proses haemodialisi. Berdasarkan ketiga hal tersebut maka penulis telah menggagas perubahan yang berorientasi kepada tatakelola kantong plastik, penggantian kertas tissue dengan handuk re-use dan pemanfaatan air proses Haemodialisis (HD).
Penulis : Tasmiyati (Sanitarian RSUD Wonosari)
Daftar Pustaka
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Rumah Sakit Ramah Lingkungan (Green Hospital) di Indonesia. Jakarta.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2019. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004.Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit. Jakarta.
- Firmanzah, RE & Syahputra, H. 2013. Manfaat Tisu. Bandung