Detail Artikel


  • 13 Maret 2019
  • 3.125
  • Artikel

Germas remas Stunting

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sering di singkat dengan GERMAS merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran,kemauan, dan kemampuan bagi setiap orang untuk hidup sehat agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Hal ini dilatarbelakangi adanya transisi epidemiologi, dimana saat ini adanya perubahan pola penyakit  yang terkait oleh faktor perilaku.

Pada era tahun 1990-an penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular (PM) seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), TB, Diare dll sejak tahun 2010 sampai saat ini penyebab kesakitan dan kematian adalah penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung, kanker, hipertensi, diabetes melitus dll.

Terjadinya PTM dapat di pengaruhi oleh berbagai perilaku tidak sehat antara lain  kurang aktifitas fisik, pola makan yang berubah cenderung mengkonsumsi makanan siap saji daripada mengkonsumsi makanan berserat, kebiasaan merokok dan minum alkohol, buang air besar sembarangan, buang sampah sembarangan, tidak cuci tangan sebelum melakukan aktifitas dll

Hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, penduduk umur ≥ 10 tahun kurang melakukan aktifitas fisik 30 menit sehari di Indonesia sebesar 33,5%, kurang mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi sehari sebesar 95,5%, penduduk umur ≥ 10 tahun merokok sebesar 28,8% , penduduk melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar sebesar 49,8%  dan rumah tangga melakukan pemberantasan sarang nyamuk sebesar 31,2%.

Resiko terjadinya PTM ini sebenarnya dapat di cegah, namun perlu komitmen oleh seluruh komponen masyarakat dari semua kalangan untuk membudayakan dan mengimplementasikan germas dalam kehidupan sehari- hari serta selalu berpegang dengan motto “Sehat di mulai dari saya”

Kita tahu bahwa perilaku tidak sehat yang berkelanjutan akan menumbuhkan generasi yang tidak berkualitas, generasi tidak berani bersaing di era globalisasi, menurunnya produktifitas dan bermunculan generasi stunting. Hasil  riset kesehatan dasar tahun 2018 di Indonesia mencapai 30,8%  balita stunting, Hal ini dapat di katakan bahwa setiap 3 atau 4 balita terdapat 1 anak Indonesia mengalami stunting ini sangat mengerikan jika di biarkan, sehingga perlu gerakan bersama mencegah stunting, batasan WHO  untuk stunting kurang dari 20%.

Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek di banding tinggi badan orang lain pada umumnya( yang seusia). Penyebab terjadinya stunting  karena kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama sejak konsepsi sampai anak usia 2 tahun, anak sering sakit, keterbatasan sarana air bersih dan sanitasi, ketersediaan pangan di rumah tangga yang kurang, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi pada ibu hamil.

Dampak yang ditimbulkan akibat stunting antara lain terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme tubuh, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan resiko tinggi muncul penyakit tidak menular.

Pencegahan Stunting dapat dilakukan  dengan memberikan  Air Susu Ibu (ASI) saja pada bayi umur 0-6 bulan ( ASI ekslusif),  memberikan  makanan pendamping ASI (PASI) pada anak umur > 6 bulan sd 24 bulan, terpenuhinya akses air bersih dan fasilitas sanitasi, pemenuhan kebutuhan Gizi pada ibu hamil, memantau pertumbuhan balita di posyandu dan pemberian informasi kesehatan dan gizi kepada ibu hamil, calon ibu hamil maupun masyarakat umum. 

Melihat hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 bahwa kondisi kesehatan (PTM) di DIY sangat memprihatinkan yaitu berada di 5 besar nasional  seperti penyakit asma, kanker, stroke, Diabetes Mellitus, hipertensi, dan gangguan jiwa. Wanita hamil Kurang energi kronis (KEK)  DIY diatas rata-rata nasional. Bayi baru lahir dengan berat badan rendah < 2,5 Kg diatas rata-rata nasional ( 6,2%) dan perilaku pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan DIY di bawah rata-rata  nasional (37,3%).

Melihat situasi kesehatan di kota tercinta ini perlu suatu upaya/gerakan  bersama yaitu GERMAS yang perlu di suarakan secara terus menerus tanpa mengenal lelah, karena merubah perilaku tidak semudah membangun jembatan maupun pintu gerbang yang hasilnya dapat langsung terlihat nyata.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) telah dicanangkan sejak tahun 2017 dengan Instruksi Presiden RI nomor 1 tahun 2017 dan di tindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur nomor 44 tahun 2017 tentang RAD Germas Yogyakarta sehat Lestari. Adapun fokus germas adalah peningkatan aktifitas fisik, peningkatan perilaku hidup sehat, peningkatan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan edukasi hidup sehat.

Mari kita dukung regulasi ini, lakukan tindakan nyata untuk membangun bangsa yang lebih baik, komitmen untuk merubah perilaku tidak sehat menjadi sehat, lakukan  CERDIK ( Cek kesehatan secara rutin maupun berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin Olah raga, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kuatkan iman dan Kelola strees.

 

Semoga bermanfaat........................

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 5.830
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.316.289