Detail Artikel


  • 22 Juni 2023
  • 357
  • Artikel

“DUDHA KEREN MAS BANU” (Dukung ODHA dan Kelompok Rentan Puskesmas Banguntapan 1)

“DUDHA KEREN MAS BANU” (Dukung ODHA dan Kelompok Rentan Puskesmas Banguntapan 1)

 

DUDHA KEREN MAS BANU” (DUkung ODHA dan KElompok RENtan HIV PuskesMAS BANguntapan satU)  yang digagas penulis menggarisbawahi perubahan pola layanan yang lebih mendasar dan personal untuk memberikan efek dukungan bertumbuhnya minat. Pengembangan ini selaras dengan kebijakan Transformasi Sistem Kesehatan khususnya pilar pertama yaitu Transformasi Pelayanan Kesehatan Primer yang menekankan penemuan dini, penjangkauan yang lebih luas dan pemberian layanan kesehatan terbaik.

Dudha Keren Mas Banu bertujuan untuk dapat memenuhi harapan klien. Dalam konteks edukasi dan konsultasi diharapkan terbangun sistem terstruktur didukung oleh ahli serta memberikan kemudahan dan perlindungan personal. Kelengkapan layanan diharapkan terjamin hingga berdampak terpenuhinya harapan klien. Intervensi dari sisi manajemen diharapkan dapat menjamin kelengkapan dan kemudahan catatan rekam medis klien. Ditargetkan pula dukungan kampanye bebas stigma, penjaringan, skrining awal dan lain sebagainya. Berbagai target perubahan tersebut diharapkan akan memberikan keluaran dalam ketepatan waktu pengambilan obat, meningkatnya minat dan tingkat kepuasan baik klien maupun jejaring pendukung. Dampak lanjut adalah meningkatnya kunjungan, pengobatan sesuai pedoman dan pencapaian target percepatan Kemenkes. 

Penulis menyadari bahwa perubahan tersebut membutuhkan waktu dan sumberdaya oleh karenanya dibutuhkan dukungan dan penguatan-penguatan lainnya. Hal ini telah mendorong penulis merancang pengembangan dimulai dari konsolidasi internal di Puskesmas. Selanjutnya penulis telah menyempurnakan disain dan mengimplementasikan dengan tahapan sebagai berikut :

Pengembangan Jejaring dan Pemberdayaan Masyarakat

Jejaring dan pemberdayaan bertujuan memperoleh dukungan baik sumberdaya maupun kebijakan. Pengembangan diharapkan akan menghasilkan kolaborasi, integrasi dan sharing mendukung kampanye bebas stigma, penjaringan, skrining serta dukungan lainnya.Pengembangan yang dimaksud meliputi :

  1. Konsolidasi Internal : Konsolidasi dilakukan utamanya kepada program Kesehatan Keluarga, Promosi Kesehatan, Gizi, Kesehatan Mental, Usaha Kesehatan Sekolah, Pencegahan Pengendalian Penyakit. Konsolidasi ini sekailgus sebagai bentuk integrasi dalam layanan.
  2. Jejaring Sektoral dan Komunitas : Advokasi kepada Kapanewon, Koramil, Polsek, BKKBN, Kalurahan telah memunculkan Deklarasi yang menjadi awal berbagai kolaborasi kegiatan kampanye. Jalinan kerjasama juga dilakukan dengan komunitas penjangkau dan pendamping untuk menjangkau populasi kunci dan menjadi penghubung dengan ODHIV.
  3. Jejaring Fasilitas Kesehatan :
    1. Jejaring Dokter Spesialis : Kolaborasi para Dokter Spesialis meliputi Penyakit Dalam, Paru, Kulit Kelamin, Jiwa dan Anak sebagai konsulen online telah dilaksanakan dalam layanan mini telemedicine. Kelompok ini selanjutnya diberikan nama “Kawan MasBanu”.
    2. Dokter Internsip telah dilibatkan dalam layanan demikian pula untuk Residen Dokter Keluarga Layanan Primer yang sedang magang.
    3. Jejaring Praktek Mandiri : Penulis mempelopori kolaborasi dengan Dokter dan Bidan Praktek Mandiri di wilayah kerja untuk deteksi awal, edukasi dan layanan lain bagi ODHIV dan kelompok rentan.
    4. Kesepakatan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah telah memberikan hasil ODHIV bisa memperoleh pemeriksaan penunjang lengkap. 
  4. Pemberdayaan Masyarakat : Besar dan luasnya sasaran kampanye bebas stigma membutuhkan dukungan dan disini pemberdayaan masyarakat menjadi pilihan. Pilihan ini dapat terwujud atas kerjasama lintas program dan sektoral dengan menghasilkan model kader agent of change. Meski program masih dalam tahap inisiasi, namun telah menghasilkan 24 kader agent of change dalam membantu kampanye dan penyebaran informasi.

Digitalisasi Layanan

Penulis menilai banyak perubahan untuk memenuhi harapan klien dapat terlaksana melalui pemanfaatan teknologi yang memicu inisiasi sebagai berikut:

  1. Pendaftaran Online : Pendaftaran menjadi titik krusial oleh karenanya kemudahan dan kerahasiaan diciptakan dalam wujud Pendaftaran dan Konsultasi Layanan Online (“ExpressDha”) yang ternyata diminati klien karena mampu memotong waktu tunggu.
  2. Modifikasi Rekam Medis Elektronik : modifikasi sistem rekam medis Dinkes Bantul dilakukan penulis agar alur pemeriksaan dan konsultasi dapat berjalan cepat, lancar, lengkap. Modifikasi diberikan judul “Remek Lisdha” (Rekam medis elektronik komprehensif holistik untuk ODHA).
  3. Lembar Monitoring Online (“Lemot”) : merupakan fitur web service untuk memudahkan akses dimanapun dan kapanpun. Ide ini diinisiasi karena keribetan saat dokter, konselor dan pendamping sebaya mengakses catatan kesehatan ODHIV. Sistem ini menghubungkan rekam medis dengan lembar monitoring online yang dapat dilihat dan diisi secara elektronik.
  4. Telemedisin “Tanya Mas Banu” : (www.bit.ly/Tanyamasbanu) merupakan wadah konsultasi online yang digagas penulis untuk memberikan ruagn waktu komunikasi dengan menjamin kerahasiaan identitas klien. Program dilakukan bekerjasama dengan “Kawan Mas Banu” yang bisa diakses melalui instagram dan dijawab dengan jalur pribadi. Setiap bulan dilakukan penyebaran informasi kesehatan reproduksi dengan tema yang berbeda.

Pengembangan Layanan dan Penjangkauan

  1. “VCT Kapan Saja” dikembangkan penulis karena banyaknya klien yang enggan melakukan pemeriksaan karena terkendala waktu. Program ini telah dilaksanakan berkolaborasi dengan Yayasan Vesta Indonesia.
  2. Forum Diskusi “Duren” diiniasiasi penulis bekerjasama dengan Yayasan Viktori Plus mewadahi diskusi dengan kelompok sebaya secara tatap muka.
  3. “Sharing Luring” diinisiasi penulis untuk mewadahi sharing informasi kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual serta HIV yang digawangi oleh kader kesehatan dan kader remaja.
  4. Kontrol Kualitas Layanan dilakukan dengan penataan prosedur, penyamaan persepsi, kesepakatan dan komitmen bersama tentang standar pelayanan serta kontrol kualitas mengacu pada Permenkes tahun 2013 dan 2022 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS dan Infeksi Menular Seksual.

Berbagai perubahan manajemen telah menghasilkan output layanan yang cukup baik. Hasil evaluasi output tahun 2023 sebagai berikut :

Output Inovasi

Before

After

  • ODHIV mendapat konsultasi - edukasi terstruktur

0%

87,8%

  • Kelengkapan pemeriksaan penunjang

0%

91,9%

  • Kecepatan melengkapi catatan medis

40 menit

5 menit

  • Kelengkapan rekam medis

60%

100%

  • Meningkatkan waktu konsultasi

0%

100%

  • Kecepatan akses informasi catatan kesehatan

30 menit

3 menit

Berbagai output pelayanan tersebut telah mempengaruhi kepuasan klien. Sebagaimana hasil survey, tingkat kepuasan klien mencapai 93,56 (skala 0-100), tingkat kepuasan jejaring 8,5 (skala 0-10). Hasil survey melalui whatsapp messenger memperlihatkan 100% klien mengaku puas dengan rata-rata nilai kepuasan 8,8 (skala 0-10). Tingkat kepuasan ini selanjutnya telah memberikan dampak lanjut terhadap indikator program :

Dampak Inovasi

Before

After

  •   Ketepatan waktu mengambil obat

… note

99,8%

  •   VCT kelompok rentan

6 (1,3%)

153 (32,5%)

  •   Akses ARV

Note

43 (Juni)

  •   Penemuan kasus baru

0

13 (Juni)

  •   ODHIV tersupresi virus

1

11

  •   Putus obat kembali mengakses ARV

0

5

Inovasi yang dikembangkan penulis sangt memungkinkan di tempat lain. Inovasi ini telah mulai diadopsi oleh Puskesmas lain di Kabupaten Bantul serta masuk dalam bahan ajar pengayaan spesialisasi Dokter Keluarga Layanan Primer FK-KMK UGM. Inovasi ini juga telah diapresiasi kemenkes dan dikunjungi oleh Wamenkes dan Direktur Global Fund di Yogyakarta. Inovasi yang dikembangkan telah memiliki landasan yang kuat untuk terus berjalan dan berkembang karena telah mendapatkan dukungan kebijakan dan sumberdaya baik di tingkat puskesmas, dinas kesehatan, lintas sektoral dan juga di komunitas. 

Penulis : Adolfina Vitria Nilasari

Editorial : Bidang SDK (Agus)

 

Daftar Pustaka

  1. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes R.I., 2022, Kemenkes Perluas Akses Pencegahan Pada Perempuan, Anak, Remaja. www.kemkes.go.id
  2. Depkes R.I.,2003, Pedoman Perawatan, Dukungan, Pengobatan ODHA
  3. Eisinger, R.W., Dieffenbach, C W and Fauci, A S., 2019, HIV Viral Load and Transmissibility of HIV Infection, JAMA vol 321 (5): 451-452
  4. Kemenkes R.I., 2017, Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS FKTP
  5. Febriani, D., 2019, Pengalaman ODHA Dalam Mengakses Terapi ARV,. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 35, 4, pp. 13-15
  6. Kemenkes, 2022, Permenkes 23 tahun 2022 tentang Penanggulangan HIV, AIDS dan IMS
  7. UNSAID, 2016, HIV Prevention Road Map, Geneva, www.unaids.org

 

 

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 1.660
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.227.181