UNTUK CEGAH DAN KURANGI RISIKO DIABETES, PERLU DETEKSI DINI
10-15
tahun yang lalu diprediksi Indonesia akan mengalami transisi epidemologi, yaitu
suatu perubahan dari suatu penyakit menular menjadi penyakit tidak menular
(PTM). Namun banyak orang tidak menyadari hal itu bukan cuma sekedar wacana,
tetapi sudah terjadi transisi epidemologi tersebut, dan kenyataannya 5 tahun
terakhir ini terjadi peningkatan kasus PTM.
Penyakit tidak menular (PTM) ini tidak hanya dilihat dari mordibitas dan
mortalitas, tetapi juga dalam aspek kronisitas. PTM dalam hal ini salah satunya
adalah diabetes mengakibatkan suatu burden bahkan dapat mengakibatkan Multiple
Burden, baik dari aspek ekonomi aspek politik, dan kesehatan.
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2015 terdapat 415 juta penyandang Diabetes di
seluruh Indonesia, lebih lanjut bila angka tersebut diprediksi bertambah
menjadi 642 juta penyandang pada tahun 2040.
Di Indonesia, data Riskesdas menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes di
Indonesia dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta (2013). Data
International Diabetes Federation (IDF) 2015 juga menyatakan jumlah estimasi
penyandang Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta dengan menempati
urutan ketujuh tertinggi setelah China, India, Amerika, Brazil, Rusia dan
Meksiko. Diperkirakan pada tahun 2040, jika tidak dicegah maka angka penyandang
Diabetes akan meningkat menjadi 16,2 juta di Indonesia.
80% kasus diabetes sendiri dapat dicegah, bila seandainya masyarakat mau
melakukan cek kesehatan, namun kenyataannya 1 dari 2 orang dengan diabetes
tidak tahu dirinya memiliki diabetes. Pada akhirnya banyak pasien yang
ditemukan sudah dalam tahap lanjut dan tejadi komplikasi penyakit seperti,
serangan Jantung dan stroke, infeksi kaki yang bila sudah berat berakibat
diamputasi, dan gagal ginjal stadium akhir.
Terdapat 3 prinsip upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan
Pengendalian penyakit. Yang pertama, adalah mendeteksi penyakit dengan
melakukan deteksi dini atau diagnosa awal. Hal ini merupakan hal yang mutlak
untuk dilakukan karena untuk mengetahui kondisi tubuh sehingga tidak terlambat
dalam penanganan. Selanjutnya, adalah melakukan prevensi. Upaya prevensi yang
baik adalah melakukan upaya intervensi terhadap faktor risiko.
Upaya yang ketiga adalah bagaimana melakukan respon. Upaya respon tidak hanya
dilakukan di fasyankes, tetapi juga dilakukan oleh berbagai pihak, seperti
dilingkup keluarga, komunitas, dan swasta untuk meningkatkan kewaspadaan di
masyarakat terhadap penyakit tidak menular (PTM) khususnya Diabetes.
Selain itu, masyarakat perlu melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
juga menerapkan CERDIK. Cerdik mempunyai makna; Cek kesehatan secara berkala;
Enyahkan asap rokok; Rajin aktifitas fisik; Diet sehat dan seimbang; Istirahat
yang cukup; dan Kelola stres. Mengelolah stres itu penting, karena stres
sendiri merupakan salah satu faktor pencetus penyakit, tambahnya.
(Sumber : kemkes.go.id)