Detail Artikel


  • 28 Mei 2023
  • 384
  • Artikel

Dari Respon Darurat Menjadi Manajemen Penyakit Covid-19 Jangka Panjang (Lessons Learn Global)

 

Selama sekian lama sejak SARS-CoV-2 pertama kali dilaporkan, dunia telah mengalami dampak yang menghancurkan dari COVID-19 dan semua negara telah bekerja keras untuk menerapkan solusi penyelamat jiwa dan terus mengurangi dampaknya. Banyak pemerintah di dunia yang telah menyesuaikan strategi, tetapi menghadapi ketidakpastian tentang bagaimana mempertahankan tanggap darurat COVID-19. Pandemi saat ini sudah memasuki masa transisi ke situasi endemik secara global. Sejak publikasi Strategic Preparedness, Readiness and Response Plan (SPRP) 2022, alat penyelamat jiwa termasuk vaksin COVID-19 yang aman dan efektif, perawatan, dan tes diagnostik menjadi lebih tersedia dan telah secara signifikan mengurangi dampak COVID-19 terhadap morbiditas dan mortalitas . Pemerintah di berbagai belahan dunia telah bekerja keras untuk memvaksinasi hampir 70% populasi dunia, tetapi ini juga berarti lebih dari 30% populasi dunia belum menerima satu dosis pun.

Saat ini kesenjangan besar dalam kekebalan yang berasal dari vaksin tetap ada, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah dan di antara mereka yang berisiko terkena penyakit parah. Per 5 April 2023, 89% petugas kesehatan dan 82% lansia di seluruh dunia telah menerima vaksinasi COVID-19 seri primer lengkap. Di seluruh populasi umum, angka ini adalah 66%. Namun, cakupan vaksinasi primer untuk petugas kesehatan di negara berpenghasilan rendah hanya mencapai 52% dan populasi lanjut tua adalah 35% serta cakupan dosis booster tetap sangat rendah dan bervariasi secara global.

Saat pandemi COVID-19 memasuki tahun keempat, kita memiliki banyak alasan lanjut untuk berharap. Pada saat ini, jumlah kematian mingguan yang dilaporkan berada pada titik terendah sejak pandemi dimulai, dan di sebagian besar negara, kehidupan telah kembali “normal”. Namun demikian, jutaan terus terinfeksi atau terinfeksi ulang dengan SARS-CoV-2, ribuan masih meninggal setiap minggu, dan masih banyak pertanyaan tentang potensi munculnya varian baru yang dapat menyebabkan lonjakan baru.

Pada momen ini, WHO telah memperbarui perencanaan dengan Rencana Strategic Preparedness, Readiness and Response Plan (SPRP) untuk periode 2023-2025. Rencana sebelumnya, dirilis pada 2022, menggariskan dua tujuan strategis yaitu mengurangi peredaran SARS-CoV-2, dan untuk mendiagnosis serta mengobati COVID-19 guna mengurangi mortalitas, morbiditas, dan gejala sisa jangka panjang.

Strategi baru yang dirilis ini mempertahankan kedua tujuan tersebut, dengan menambahkan tujuan ketiga yaitu untuk mendukung berbagai negara saat mereka beralih dari tanggap darurat ke pencegahan, pengendalian, dan pengelolaan penyakit COVID-19 jangka panjang yang berkelanjutan. Tidak diharapkan bahwa berbagai negara selanjutnya akan mengabaikan sepuluh pilar yang menjadi landasan respons pandemi. Justru dengan strategi baru ini akan menyelaraskan sepuluh pilar tersebut dengan lima komponen inti dari kesiapsiagaan, respons, dan ketahanan darurat kesehatan yaitu pengawasan kolaboratif, perlindungan masyarakat, perawatan yang aman dan terukur, akses ke penanggulangan, dan koordinasi darurat.

Setelah begitu banyak kerugian dan gangguan yang dialami, saat ini bersama berupaya untuk memulihkan, memperkuat, dan memperkuat sistem kesehatan sambil mempertahankan hasil yang diperoleh selama pandemi. Berbagai negara juga seharusnya terus mengintegrasikan pengawasan dan manajemen COVID-19 ke dalam penyakit pernafasan lainnya.

Disadari bahwa semua negara sedang menghadapi dan memerangi ancaman kesehatan selain COVID-19, beserta berbagai jenis keadaan darurat lainnya. Dipahami bahwa COVID-19 harus dikelola dalam konteks ancaman lain tersebut. Diharapkan bahwa dengan strategi baru tersebut akan dapat mendukung dasar yang telah diletakkan oleh berbagai negara di dunia dan momentum yang telah dibangun untuk mengatasi tantangan berkelanjutan yang ditimbulkan oleh SARS CoV-2.

Mempertahankan kapasitas, kesiapan operasional, dan fleksibilitas yang memadai untuk meningkatkan selama lonjakan COVID-19 adalah hal yang mendesak untuk terus dikuatkan, sambil mempertahankan layanan kesehatan penting lainnya dan mempersiapkan munculnya varian baru dengan tingkat keparahan atau kapasitas yang lebih tinggi.

Strategi baru yang disampaikan, memberikan penekanan kuat pada penanganan kondisi pasca-COVID (juga disebut long COVID), yang muncul sebanyak 6% dari kasus COVID-19 bergejala. Penelitian adalah kuncinya. Ke depan perlu untuk lebih memahami kondisi pasca-COVID, termasuk faktor risikonya dan peran kekebalan, serta mengembangkan metode untuk mengukur bebannya dengan lebih baik.

 

Disarikan Dari : WHO, From Emergency Response To Long-Term Covid-19 Disease Management: Sustaining Gains Made During The Covid-19 Pandemic, April, 2023

Bidang SDK (agus)

 

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 12.895
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 20.909.762