Detail Artikel


  • 30 Maret 2019
  • 45.818
  • Artikel

Community Acquired Pneumonia (CAP) : Saatnya katakan tidak untuk infeksinya

Pendahuluan

Saat ini, Community Acquired Pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas masih saja menjadi masalah utama di bidang kesehatan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Terbukti berdasarkan catatan Badan Kesehatan Dunia WHO pada tahun 2008, yang menyebutkan bahwa pneumonia sebagai penyebab utama kematian nomor 3 kematian di negara miskin dan berkembang. Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007 pun menunjukkan suatu hal yang hampir sama, yaitu bahwa penyakit saluran pernapasan menempati urutan pertama dari sepuluh penyakit infeksi terbanyak pada pasien rawat jalan dan urutan keempat dari sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap.

Definisi Pneumonia komuniti adalah sebuah infeksi akut parenkim paru pada pasien yang telah mendapatkan infeksi di masyarakat. Sebagai penyakit menular, penyakit ini juga menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama di dunia.

Pemicu terjadinya Pneumonia

Pada dasarnya, saluran pernafasan mempunyai mekanisme pertahanan untuk mencegah terjadinya infeksi saluran napas serta mencegah agar bakteri tidak masuk ke dalam paru-paru. Kesemuanya ini berlangsung secara alami. Lalu bagaimana mekanismenya?

1.      Mekanisme pembersihan di saluran napas penghantar, meliputi :

Ø  Re epitelisasi saluran napas

Ø  Aliran lendir pada permukaan epitel

Ø  Bakteri alamiah atau "ephitelial cell binding site analog"

Ø  Faktor humoral lokal (IgG dan IgA)

Ø  Komponen mikroba setempat

Ø  Sistem transpor mukosilier

Ø  Reflek bersin dan batuk

Saluran napas atas (nasofaring dan orofaring) merupakan mekanisme pertahanan melalui barier anatomi dan mekanisme terhadap masuknya mikroorganisme yang patogen. Silia dan mukus mendorong mikroorganisme keluar dengan cara dibatukkan atau ditelan.

Di tahap ini, bila terjadi disfungsi silia seperti pada Sindrome Kartagener's, pemakaian pipa nasogastrik dan pipa nasotrakeal yang lama, dapat mengganggu aliran sekret yang telah terkontaminasi dengan bakteri patogen. Dalam keadaan ini dapat terjadi infeksi nosokomial atau "Hospital Acquired Pneumonia".

2.      Mekanisme pembersihan di "Respiratory exchange airway", meliputi :

Ø  Cairan yang melapisi alveolar termasuk surfaktan

Ø  Sistem kekebalan humoral lokal (IgG)

Ø  Makrofag alveolar dan mediator inflamasi

Ø  Penarikan netrofil

Sistem kekebalan humoral sangat berperan dalam mekanisme pertahanan paru (saluran napas atas). IgA merupakan salah satu bagian dari sekret hidung (10 % dari total protein sekret hidung).

Penderita defisiensi IgA memiliki resiko untuk terjadi infeksi saluran napas atas yang berulang. Bakteri yang sering mengadakan kolonisasi pada saluran napas atas sering mengeluarkan enzim proteolitik dan 3 merusak IgA. Bakteri gram negatif (P.aeroginosa, E.colli, Serratia spp, Proteus spp, dan K.penumoniae) mempunyai kemampuan untuk merusak IgA. Defisiensi dan kerusakan setiap komponen pertahanan saluran napas atas menyebabkan kolonisasi bakteri patogen sebagai fasiliti terjadinya infeksi saluran napas bawah.

3.      Mekanisme pembersihan di saluran udara subglotik

Pada bagian ini, mekanisme pertahanan saluran napas subglotis terdiri dari anatomik, mekanik, humoral dan komponen seluler. Mekanisme penutupan dan refleks batuk dari glotis merupakan pertahanan utama terhadap aspirat dari orofaring. Bila terjadi gangguan fungsi glotis maka hal ini berbahaya bagi saluran napas bagian bawah yang dalam keadaan normal steril. Tindakan pemasangan pipa Nasogastrik, alat trakeostomi memudahkan masuknya bakteri patogen secara langsung ke saluran napas bawah.

Gangguan fungsi mukosiliar dapat memudahkan masuknya bakteri patogen ke saluran napas bawah, bahkan infeksi akut oleh M.pneumoniae, H.Influenzae dan virus dapat merusak gerakan silia.

4.      Mekanisme pembersihan di "respiratory gas exchange airway"

Meknisme pertahanan yang ditunjukkan oleh Bronkiolus dan alveoli ditunjukkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a.      Cairan yang melapisi alveoli :

Ø Surfaktan

Suatu Glikoprotein yang kaya lemak, terdiri dari beberapa komponen SP-A, SP-B, SP-C, SP-D yang berfungsi memperkuat fagositosis dan killing terhadap bakteri oleh makrofag.

Ø Aktivitas anti bakteri (non spesifik) : FFA, lisozim, iron binding protein.

b.      IgG (IgG1 dan IgG2 subset yang berfungsi sebagai opsonin)

c.      Makrofag Alveolar yang berperan sebagai mekanisme pertahanan pertama

d.      Berfungsi untuk menarik PMN leukosit ke alveolus (ada infeksi GNB, P. aeruginosa)

e.      Mediator biologi

Kemampuan untuk menarik PMN ke saluran napas termasuk C5a, produksi dari makrofag alveolar, sitokin, leukotrien

.

Etiologi CAP

Jenis Pneumonia yang didapat dari komunitas adalah jenis pneumonia yang paling umum. Infeksi ini bisa terjadi diluar rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, dan  disebabkan oleh :

Ø  Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae. Hal ini dapat terjadi sendirinya atau setelah terkena flu. Jenis ini sering mempengaruhi lobus paru yang disebut Pneumonia lobar.

Ø  Mycoplasma pneumoniae, yang biasanya menghasilkan tanda dan gejla lebih ringan dari jenis yang lain. “Walking Pneumonia” istilah yang digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang tidak cukup berat dan hanya membutuhkan istirahat

Ø  Virus adalah penyebab paling umum yang terjadi pada anak-anak kurang dari 2 tahun.

Ø  Jamur, ditemukan dalam tanah dan kotoran burung. Jenis ini adalah yang paling umum terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan seseorang yang menghirup organisme tersebut.

 

Beberapa pusat paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) melakukan pengamatan dengan cara pengambilan bahan dan metode  yang berbeda. Kemudian didapatkan penyebab infeksi pneumonia komunitass berdasarkan hasil pemeriksaan sputum , yaitu sebagai berikut :

·         Klebsiella pneumoniae 45,18%

·         Streptococcus pneumoniae 14,04%

·         Streptococcus viridans 9,21%

·         Staphylococcus aureus 9%

·         Pseudomonas aeruginosa 8,56%

·         Steptococcus hemolyticus 7,89%

·         Enterobacter 5,26%

·         Pseudomonas spp 0,9%

 

Diagnosis

Diagnosis terhadap pneumonia komuniti didapatkan dari beberapa anamnesis, yaitu gejala klinis pemeriksaan fisis, foto toraks dan labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :

Ø  Batuk-batuk bertambah

Ø  Perubahan karakteristik dahak / purulen

Ø  Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam

Ø  Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki

Ø  Leukosit > 10.000 atau < 4500

 

 

Penilaian Derajat Keparahan

Ketika dipastikan terjadi infeksi, kemudian dilakukan penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia kumuniti. Langkah dapat dilakukan dengan menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian Pneumonia Patient Outcome Research Team (PORT) seperti tabel di bawah ini :

Tabel 1. Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Karakteristik penderita

Jumlah point

Faktor demografi

 

-

Usia : laki-laki

Umur (tahun)

 

           Perempuan

Umur (tahun) - 10

-

Perawatan dirumah

+ 10

-

Penyakit penyerta

+ 30

-

Gagal jantung kongestif

+ 10

-

Penyakit serobrovaskuler

+ 10

-

Penyakit ginjal

+ 10

Pemeriksaan Fisis

 

-

Perubahan status mental

Kontak Kami

JL. Gondosuli No.6 Yogyakarta Kota Yogyakarta DIY 55231 Indonesia
dinkes@jogjaprov.go.id
+62274563153
(0274)512368

Kunjungan

  • Hari Ini

  • 3.097
  • Bulan Ini

  • 1.728.429
  • Total Kunjungan

  • 21.117.220